Sabtu, 26 Juli 2008

Parpol & Monopoli Ketua

Elite partai politik sering mengidentifikasi diri sebagai pionir penegakan demokrasi. Parpol juga masih dianggap sebagai kawah candradimuka pematangan kemampuan berdemokrasi.

Tetapi, sesungguhnya disadari atau tidak, fenomena yang berkembang di tubuh parpol kita selama ini justru memberikan gambaran yang sangat jauh melenceng dari identifikasi dan anggapan umum tentang keberadaan parpol tersebut.

Yang dominan dan berlaku dalam tubuh parpol kita adalah personalisasi ; semua keputusan yang berlaku tergantung dan terserah Ketua.

"Saya tak bisa memutuskan, tolong hubungi Pak Ketua saja," begitu ungkapan salah seorang pimpinan parpol ketika ditanya, apakah parpolnya bisa memberikan dukungan kepada salah satu bakal calon kepala daerah.

Hal seperti ini biasa dan sangat lazim terjadi. Salah seorang Ketua Tim Pilkada parpol besar di Sumut misalnya mengeluh, dirinya percuma saja capek-capek melakukan lobi-lobi dan survei ke lapangan perihal siapa figur bakal calon kepala daerah yang disukai rakyat.

"Ujung-ujungnya, keputusan akhir ditentukan Ketua dan Sekretaris. Apapun rekomendasi kita, kalau Ketua tak berkenan percuma saja," ujarnya.

Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, Sutrisno Bachir, Suryadharma Ali, sebagai Ketua Umum partai, ucapan dan tindakannya sudah dianggap seperti undang-undang bagi para pengurus dan kader partai.

Apa yang diputuskan Megawati misalnya, tentu mustahil bagi kader PDIP untuk membantah dan mengangkanginya. Kalau berani, siap-siaplah direcall dan atau tidak lagi dipakai menjadi pengurus.

Monopoli Ketua yang sangat dominan itu sudah pasti menimbulkan iklim yang tidak sehat di tubuh parpol.

Parpol bicara dan menekankan pentingnya menegakkan nilai-nilai demokrasi, tak dinyana para pimpinan parpol sendiri cenderung bergaya dan bersikap diktator.

Itulah sebabnya aktivis parpol yang suka mengikuti hati nurani dan tidak pandai 'menjilat', kerap tidak mendapat peran penting di internal partai, dan akhirnya lebih memilih keluar dari parpol yang dimenej bak sebuah 'kerajaan' itu.

1 komentar:

Mengenai Saya

Foto saya
:pemerhati sosial dan politik yang concern dengan pemikiran lintas sektoral,selalu menghargai perbedaan pendapat sekaligus membenci sikap eksklusif dan mau menang sendiri....