"Power tends to corrupt (kekuasaan cenderung mendorong seseorang untuk korup)".
Ungkapan cendekiawan dan sejarawan Inggris terkenal Lord Acton (1834-1902) ini tetap relevan dan aktual hingga kini.
Ya, begitulah faktanya, sudah terlalu banyak bukti betapa seseorang tatkala berada di kursi kekuasaan tak kuasa menahan godaan untuk melakukan penyimpangan (abuse of power).
Soeharto (Indonesia), Marcos, Joseph Estrada (Philipina), Mobutu Sese Seko (Zaire), Sani Abacha (Nigeria), Slobodan Milosevic (Yugoslavia), Jean-Claude Duvalier (Haiti), Alberto Fujimori (Peru), Pavlo Lazarenko (Ukrania), dan Arnoldo Aleman (Nikaragua), adalah beberapa contoh pemimpin yang banyak menumpuk harta ketika berada di pucuk kekuasaan.
Kekuasaan telah memberikan segalanya bagi mereka. Namun kekuasaan pula yang membawa hidup para penguasa itu berakhir dengan cerita duka. Para pemimpin korup itu selain dipenjara, ada juga yang harus mengakhiri hidupnya dengan tragis. Dan sialnya, mereka akan selalu dikenang sebagai pemimpin dan rezim yang korup...!
Sudah begitu banyak contoh penguasa yang tersesat dan atau sengaja menempuh jalan kesesatan dan terus memperkaya diri tak peduli dengan penderitaan rakyatnya. Namun sayangnya, hal itu tak pernah dijadikan iktibar (pelajaran) oleh calon-calon penguasa atau mereka yang tengah berkuasa.
Calon penguasa, ketika masih berkampanye selalu mengumbar janji-janji muluk dan meninabobokkan. Tatkala kekuasaan berada dalam genggaman, seperti biasanya, mereka alpa dengan janji-janjinya.
Bahkan selanjutnya, yang selalu mereka pikirkan, bagaimana mempertahankan kekuasaan itu selama mungkin. Satu periode menjadi bupati/ walikota, gubernur, presiden, dianggap belum cukup. Padahal saat menjabat, mereka sebenarnya tak pernah benar-benar memikirkan nasib rakyat.
Kekuasaan memang sering menyesatkan ! Kekuasaan bisa menyebabkan seseorang lupa pada dirinya sendiri, lupa pada anak-istri, lupa pada kaum kerabat, dan lupa pada TuhanNya.
Tetapi, kekuasaan sejatinya juga bisa membawa seseorang pada jalan kemuliaan, jika kekuasaan yang ada di tangan dijadikan sebagai power untuk menegakkan kebenaran dan mengabdi untuk rakyat. Sayangnya, hal itu hanya ada di negeri antah berantah.
Senin, 07 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
-
▼
2008
(15)
-
▼
Juli
(13)
- Parpol & Monopoli Ketua
- Fanatisme Bollywood
- Latah Jadi Caleg
- Dicari, Pemimpin Alternatif !
- Kompetensi, Tak Tergantung Jabatan
- Berhenti Sebatas Jargon
- Semakin jauh dari-NYA
- Bonus Cewek
- Rakyat tak Butuh Parpol !
- Degradasi Nilai (Sejak Dini)
- Kekuasaan Sering Menyesatkan
- Wakil Rakyat tak Merakyat
- 'Candu Jabatan'
-
▼
Juli
(13)
Mengenai Saya
- perspektif agus salim ujung
- :pemerhati sosial dan politik yang concern dengan pemikiran lintas sektoral,selalu menghargai perbedaan pendapat sekaligus membenci sikap eksklusif dan mau menang sendiri....
Kekuasaan sering menyesatkan, karena mereka tak punya benteng pertahanan iman yang kuat
BalasHapus